Menurut riset emperical dengan kuantitatif metoda yang ditulis oleh Scientific Research Publishing dengan sampling kepada 30 warga tionghoa Indonesia keturunannya dari Guandong yang tinggal di Jakarta, Tangerang and Bandung
1. Self Effacement yaitu warga yang tidak ingin membicarakan identitasnya kepada orang lain atau membuat daya tarik tentang identitasnya
Wawancara dengan seorang warga perempuan berkata dalam wawancara seperti dibawah ini
"My parents told me that my ancestors came from Guangdong, but I was born
here in Jakarta, mingled with mostly pribumi friends. I may look like a Chinese
woman, but I didn’t speak Chinese and haven’t been to China before. Yes, we
celebrate Chinese New Year every year with all its rituals and traditions, but
once again, it is nothing more than respecting the cultural traditions.
2. Identitas yang masih ditutupi. Warga lelaki, sudah dua generasi di Indonesia
berkata bahwa
"I guess you have heard about filial piety? It teaches us to engage in good conduct not just to parents, but also to everyone outside the home. It’s not difficult for me to adjust myself to my fellow pribumis’ cultural values, for we have similar basic manners in life; to set up a good society using a virtue of respect for
anyone anywhere.
3. Wawancara dengan warga lelaki ketiga juga menutupi identitas dengan mengambil mentah mentah bahwa apapun sukumu maka normal dan tata cara prinsip indonesia mesti dihormati. Namun di kota besar seperti Jakarta normal suku dan budaya tiap suku yang berbeda beda karena berasal dari daerah yang berbeda beda pula.
You and I live in Indonesia. No matter what ethnic we are, the fact is we live
here. This is our motherland and we have to respect Indonesia’s basic customs,
norms, and cultural principle. There is only one word for every people of Chinese descent who want to live in Indonesia: assimilation. That’s is it. I am myself happy to assimilate.
4. Identitas chinese indonesia yang digaung oleh media baru, seperti sosial media facebook, twitter and instagram.
Warga Jusuf yang telah menonjolkan servis kepada Indonesia dan loyalitas kepada tanah air.
5. Chinese Indonesia mengalami Dilema Identitas
Setelah gubernur Ahok dikenakan pasal penistaan, beberapa generasi Chinese Indonesia mengalami identitas dilema karena generasi ini masih menonton CCTV 2 dan 4 dan Youku. CCTV Indonesia atau CCTV bahasa belum ada kerja sama tidak seperti CCTV - English, French, Arabic, Russian.
Pada bulan April 2017, seorang warga chinese indonesia, SHS mengomel ngomel kepada Gubernur Zanul di Changi International Airport, Singapore dan meneriaki Gubernur Zanul seorang "pribumi" Namun tingkah ucapan ini sudah diminta maaf dan diselesaikan
Dalam acara wawancara seorang prominan bisnis kayu ST mengatakan tanah dimana ST mengatakan Indonesia adalah bapak angkat sementara China is bapak yang asli. Generasi milenial chinese indonesia dalam tekanan setelah Gubernur Ahok dipenjarakan karena tindakan penistaan.
Karena CCTV semakin digemari oleh generasi milenial maka perlu dilakukan kerjasama antara CCTV dengan Indonesia TV seperti CCTV -Bahasa yang mempromosikan chinese indonesia identitas yang lebih bulat.
Dengan bertambahnya Chinese Indonesia dan Indonesian belajar di Tiongkok dari tahun ke tahun sejak pemerintahan Jokowi tahun 2017-2018. Ada sekitar 13572 mahasiwa dan mahasiswi yang belajar di Tiongkok.
Dengan bantuan China community dan media seperti CCTV - Bahasa atau media yang baru yang dipelopori oleh generasi Chinese-Indonesia itu sendiri maka identitas chinese indonesia generasi milenial dan nantinya akan semakin solid dan didengar lebih ke Nusantara sebagai warga yang melayani dan mencintai Tanah Air Indonesia sepenuhnya dengan karateristik budaya baru Chinese Indonesia berdasarkan merit and nilai budaya identitas
Laman ini dikutip dari Scientific Research Publishing penulis Enny Ingketria
_________________________________________________________________________________
Klik di gambar bila ingin membeli kondominium di Johor Bora Residen